Cerita Lucu

Membaca dari Kanan ke Kiri
Seorang salesman Coca-Cola baru saja kembali dari tugasnya di Pedalaman Tembok China. Dengan wajah yang sangat kecewa ia berhadapan dengan bossnya. Si Boss bertanya "Kenapa kamu gagal melakukan transaksi di China?"

"Saat tiba di China saya begitu yakin bisa menjual produk kita..." kata si salesman.
"Cuma, ada satu masalah, saya tidak mengerti bahasa China, jadi saya memutuskan untuk mempromosikan produk ini melalui poster bergambar...."

Poster pertama gambarnya seorang pria yang sedang sekarat & kehausan di tengah perjalanannya di Tembok China , poster selanjutnya bergambar pria tersebut kemudian meminum Coca-Cola, dan poster terakhir bergambar pria tersebut akhirnya bangkit kembali dengan kondisi yang segar bugar.

Kemudian 3 poster tersebut saya tempel di seluruh penjuru China ."

"Lho bukannya itu ide yang brilian? Tapi kenapa kamu masih gagal dalam menjual?" tanya si Boss.

Si Salesman menjawab "Saya tidak tahu kalo orang China membaca dari kanan ke kiri"




Sama-Sama Bego
                                                                                                 

Suyono dan Syarwan pergi mancing, mengikuti jejak Soeharto. Mereka menyewa satu perahu dan berangkat ke arah Pulau Seribu.

Di laut dekat Pulau Putri, mereka berhasil menangkap seekor ikan barakuda yang besar. Mereka saling bersalaman, saking gembira. "Ayo kita tandai laut itu, supaya kalau kita mancing lain kali bisa mudah menemukan tempatnya", usul Syarwan. Suyono setuju. Ia pun mengambil cat hitam dan terjun ke laut, dan membuat satu huruf "X" di suatu tempat, dan satu-satunya tempat yang bisa ia cat adalah dasar perahu.

Syarwan punya ide yang lebih bargus: "Yon, tandanya dibikin besar, dong. Biar ‘ntar mudah dicari kalau kita pakai perahu ini lagi."


Ramalan untuk Gubenur Jateng


Seorang berwajah India mendatangi Gubernur Jawa Tengah waktu beliau sedang main golf. Kepada Pak Gub, si India berbisik dengan serius, "Saya berani pastikan sesuatu akan terjadi. Dalam waktu sebulan ini, pantat Bapak akan pelan-pelan berbentuk beringin dan berwarna kuning."

Pak Gub kaget, mau marah, tapi si India berkata lagi: "Saya bisa meramal, Bapak, percayalah! Kalau dalam tempo sebulan ini pantat Bapak tidak berubah jadi berbentuk beringin dan menjadi kuning, saya akan mengaku kalah. Saya akan bayar Bapak Rp 100 juta."

Gubernur Jawa Tengah yakin, si India akan kalah. "Oke, kita bertaruh saja! Kalau pantat saya berubah seperti kamu ramal, saya bayar kamu Rp 100 juta. Kalau udak berubah, kamu bayar saya Rp 100 juta!"

"Oke, oke. Kita bertaruh!", jawab di India.

 Semenjak itu, setiap pagi, sehabis mandi, sebelum ke kantor, Pak Gub diam-diam membuka celana dan melihat pantatnya sendiri di cermin.

Mengecek. Dia cemas juga, sebenarnya, jangan-jangan si India benar. Kadang-kadang dia memang melihat sedikit warna kuning di pantat nya sendiri, tapi alhamdulillah, bentuk itu pantat masih normal, belum jadi seperti beringin. Begitulah tiap hari dia bilang alhamdulillah bahwa pantatnya masih seperti dulu.

Pada akhir bulan, dia datang ke kantor pagi-pagi. Itu lah hari yang menentukan dia menang atau kalah. Tapi agak kaget juga dia, lantaran di ruang tunggu tamu pagi-pagi itu si India sudah duduk menanti. Juga agak heran Pak Gub kita, karena bersama si India ada seorang dengan wajah Cina, yang kemudian diperkenalkan kepadanya sebagai Bob Hassan.

Si India berbisik kepada Gubenur Jawa Tengah: "Bapak, kita berdua perlu wasit. Maka saya bawa Si Bob ini bersama saya pagi ini, untuk jadi wasit, mana di antara kita yang menang. Bapak setuju, ‘kan?"

Pak Gub setuju. Dia bersemangat, karena tadi pagi sebelum berangkat dia sudah mengadakan pengecekan atas kondisi pantat sendiri, dan tak ada perubahan yang nampak. Berarti di akan dapat uang.

Tapi kita ceritakan saja dulu bahwa mereka segera masuk ke dalam ruang duduk Pak Gub. Ajudan disuruh pergi, juga sekretaris. Yang ada di kamar itu cuma Pak Gub, si India, dan Bob Hasan.

Pak Gub pun naik ke atas meja. "Lihat!", serunya dengan percaya diri sendiri. "Kalian lihat sendiri bagaimana pantatku!". Dan Pak Gub di atas meja itu membuka celananya dan diperlihatkannyalah pantatnya kedepan kedua tamunya.

Si India nampak kecewa. Ia pun berbisik kepada Bob Hassan, yang segera pergi keluar dari ruangan. Lalu si India berkata kepada Gubernur Kita: "Bapak yang menang, saya yang kalah, saya bayar Bapak Rp. 100 juta. Kontan!". Dan dari tas kulitnya dia keluarkan uang bundelan. Setelah dihitung, ada Rp 100 juta banyaknya.

Pak Gub berwajah sumringah. "Makanya jangan takabur. Sok pinter meramal!" begitu nasehat dan cemoohnya kepada si India. Lalu dia menyuruh si India keluar. Segera setelah itu, dia panggil sekretaris dan ajudannya. Dia mau traktir mereka makan di Hotel Santika dengan uang kemenangan mudah itu. Tapi dia lihat ajudannya gugup. Ada apa?

Ternyata sang ajudan melihat si India ketawa lebar ketika keluar dari ruang Pak Gub. "Gue menang!", serunya kepada Bob Hasan yang masih duduk di ruang tunggu. "Lu harus bayar gue Rp 300 juta!".

Adapun sebelum datang rupanya si India bertaruh dengan Bob Hasan: pagi itu dia akan bisa membuat Gubernur Jawa Tengah mempertontonkan pantatnya kepadanya.

 

 
Username:
Password:
 
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free